Tuesday, October 09, 2007

Perempuan Penganggur Ternyata Lebih Terdidik

Pengangguran terbuka disini didefinisikan sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga, sehingga hanya orang yang temasuk angkatan kerja saja yang merupakan pengangguran terbuka.

Pengangguran terbuka di Indonesia termasuk tinggi, menurut Sakernas Feb 2006, terdapat lebih dari 11 juta penganggur atau 10.4% dari angkatan kerja usia 15 tahun keatas. Mungkin akan lebih menarik jika kita lihat perbandingannya menurut wilayah dan jenis kelamin angkatan kerja dan juga tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Dari grafik di samping, ternyata persen pengangguran terbuka masih didominasi oleh perempuan (14.2%) dibandingkan dengan laki-laki (8.6%). Begitu juga dengan pendidikan perempuan, sebagian besar pengangguran terbuka perempuan mempunyai pendidikan SMA (26.8%) atau SMP (19.5%) baik itu di perkotaan maupun di pedesaan.

Ternyata pengangguran terbuka dengan pendidikan diatas diploma sampai perguruan tinggi didominasi oleh perempuan di perkotaan (14.8%), sedangkan untuk pedesaan (12.1%). Persen ini cukup jauh berbeda dengan penganggur laki-laki yang rata-rata sekitar 9.2%.

Penggangguran terbuka sebagian besar adalah pencari kerja, sehingga jika melihat sekilas grafik ini maka bisa dikatakan bahwa sebagian besar perempuan masih membutuhkan lapangan kerja untuk mereka. Mereka sering terhambat dengan masih adanya deskriminasi gender dalam pekerjaan. Dengan melihat pendidikan penganggur perempuan yang lebih baik, sebenarnya tidak perlu ada kejadian deskriminasi ini.

Note:
Persen pengangguran terbuka adalah jumlah pengangguran terbuka usia 15+ tahun dibagi dengan jumlah angkatan kerja usia 15+ tahun. Angkatan kerja sama dengan jumlah pengangguran terbuka ditambah dengan orang yang bekerja.
Sumber data dari Sakernas Feb 2006 – BPS. Hubungi andidn@gmail.com jika menginginkan data pendukung artikel ini.

Wednesday, November 08, 2006

Angka Pengangguran Terbuka di Indonesia Awal 2006

Salah satu jenis pengangguran yang bisa diukur dengan data Sakernas adalah pengangguran terbuka dan setengah pengangguran. Kali ini Penulis ingin mencoba membuat analisa sederhana dengan data terbaru yaitu Sakernas 2006 (Pebruari). Pengangguran terbuka artinya orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, sudah punya pekerjaan tapi belum dimulai, dan orang yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan. Dalam analisa ini juga akan disinggung tentang gender, umur dan wilayah (kota/desa).

Menurut Umur

Pengangguran di Indonesia sudah mencapai 11 juta (usia 15 tahun keatas) dan 8.5 juta-nya penduduk usia 15-29 tahun. Seperti pada Histogram 1 di atas, menunjukan angka pengangguran terbuka (%) menurut umur (15 tahun ke atas, 15-29 tahun dan 30-49 tahun). Terlihat jelas bahwa pengangguran terbuka banyak terjadi di usia remaja 15 sampai 29 tahun (23%). Di usia tersebut banyak sekali lulusan sekolah yang ingin mendapatkan pekerjaan, dari yang baru lulus SMP, SMU maupun perguruan tinggi termasuk yang tidak sekolah. Sangat masuk akal jika hal ini terjadi. Sedangkan untuk usia 30-49 tahun, jumlah penganggurannya tidak terlalu tinggi (hanya 4%). Angka pengangguran terbuka penduduk usia lebih dari 15 tahun ke atas sekitar 10.4%. Jika kita lihat, ternyata kaum perempuan-lah yang banyak sebagai penganggur terbuka, sekitar 27.6% (usia 15-29 th) atau 13.7% (usia di atas 15 tahun). Hal-hal yang menyebabkan fenomena ini antara lain masih adanya diskriminasi gender, jenis pekerjaan yang tersedia kebanyakan untuk laki-laki. Hal-hal tersebut masih perlu dianalisa lebih lanjut.


Menurut Perkotaan/Pedesaan

Kita semua sudah tahu bahwa sebagian besar pekerjaan tersedia lebih banyak di perkotaan di pedesaan, sekaligus pekerjaan di perkotaan menjajikan lebih banyak pendapatan. Inilah yang menyebabkan pencari kerja berbondong-bondong ke perkotaan yang berakibat angka pengangguran terbuka di kota lebih besar (13.3%) dibandingkan pedesaan (8.4%).

Histogram 2 menunjukan analisa di atas, selain itu yang menarik lagi perempuan penganggur usia 15 tahun lebih di pedesaan hampir sama dengan penganggur laki-laki di kota (waluapun nilainya lebih sedikit dibanding perempuan penganggur di kota). Ini yang mungkin patut dicermati oleh pemerintah yang ingin mengurangi pengangguran. Penciptaan lapangan pekerjaan tidak hanya dilakukan di perkotaan, pedesaan-pun butuh kegiatan-kegiatan yang mendatangkan pendapatan. Terutama lapangan pekerjaan yang bisa memperdayakan perempuan yang ingin bekerja dan penghapusan deskriminasi gender di bidang pekerjaan.

Catatan: Sumber data berasal dari data mentah SAKERNAS BPS Februari 2006 dan diolah kembali sesuai kebutuhan tulisan ini. Jika berminat dengan data pendukung bisa hubungi penulis di andidn@gmail.com